18 Desember 2007

kelas Ekonomi di Kereta Api

PT. KERETA API, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa transportasi dengan media KERETA API sebagai alat angkut dari satu tempat ke tempat yang lain. Pesaingnya? Sepertinya masih bermain sendiri dan akhir pekan lalu saya dan keluarga coba membuktikan ketangguhan layanan yang ditawarkan PT. KERETA API.

Sabtu malam, 15 Desember 2007, kami memutuskan menggunakan layanan kereta api menuju Semarang menggunakan kelas ekonomi yang dijadwalkan berangkat dari stasiun Bekasi kurang lebih pukul 21:30. Semua pasti sudah mengetahui bahwa sebagai penumpang di kelas ekonomi sepatutnya tidak mengharapkan layanan ekstra. Silahkan berbaur dengan penumpang lain baik mereka yang bertiket resmi maupun tiket tidak resmi.

Tunggu punya tunggu kereta pun bergerak berangkat dari stasiun Bekasi dan kami selama 30 menit masih berupaya mencari tempat duduk yang sudah menjadi hak kami. Tiket tercantum nomor-nomor: 5D, 5E, 6D dan 6E.

Ada yang aneh? Tunggu dulu, demi mencapai tempat duduk kami sekeluarga harus bersitegang dengan para penumpang yang sudah memenuhi tempat duduk dan gang di dalam kereta api plus dengan tidak adanya penerangan sudah semakin membuat saya mengerti kualitas PT. KERETA API.

Dengan menyembunyikan rasa kaget karena ternyata pemetaan tempat duduk hanya menyediakan plot A hingga D, bagaimana mungkin bisa keluar karcis nomor E jika di dinding samping duduk tidak menyertakan tempat duduk bagian E?

Bagusnya mereka yang sudah lebih dulu duduk justru tanpa tiket sehingga kami masih punya posisi kuat untuk mengusirnya. Saya pribadi tidak peduli apakah itu wanita yang tengah duduk di tempat yang seharusnya menjadi hak kami.

Persoalan tak sampai di situ karena masih banyak penumpang lain yang terus mengklaim tempat duduknya masing-masing. Perjalanan terus berjalan dengan kondisi udara yang pengap dan dijejali asap rokok plus penumpang yang sudah terlelap tidur dengan posisi yang makin tidak jelas. Ruang ideal 4 tempat duduk plus buat istirahat kaki dijejali 8 orang yang saling berbagi ruang.

Prihatin melihat fenomena seperti ini, karena hal yang sama sudah saya rasakan tahun lalu di masa akhir tahun yang sama. Saya tahu punya lebih banyak pilihan ketimbang mengambil kelas ekonomi.

Saya tahu saya lebih baik diam menikmati perjalanan dan lebih mengambil sikap "nrimo" atas keadaan sumpek perjalanan malam itu. Mungkin sikap "nrimo" dan menghindari aksi proteslah yang membuat bangsa kita sulit maju
dalam beberapa hal.

Dan sebagai sebuah perusahaan besar tentunya PT. KERETA API harus "ngeh" dengan sindiran seperti ini. Karena jika tidak, berarti kita sudah mengetahui kualitas kerja seperti apakah yang dimiliki oleh PT. KERETA API.

Naik dengan kelas ekonomi sih dah biasa dengan kasus kayak gitu bos? Hhhmmm ... hal jelek kok dibilang biasa. Okelah sepulangnya dari Semarang saya naik kelas Bisnis. Tetap saja muncul perilaku negatif petugas yang membiarkan penumpang tanpa tiket untuk naik dan lebih memilih gumpalan kertas yang diam-diam masuk kantong.

Naik kelas eksekutif ... masa mesti cerita lagi? Bagaimana mau maju jika melihat kasus tiket yang saya dapatkan saja mereka tidak becus mengatur penempatan tempat duduk buat penumpang. Tidak tega mau berkata ... PAYAH!!!

Andry Berlianto
Jl Borobudur Raya E5/13 Perumahan Duren Jaya Permai Bekasi
andry.berlianto@gmail.com
99239005
(msh/msh)

edited by DETIK

Tidak ada komentar: